Melamar Kerja Tanpa Lowongan Kerja Bagi Lulusan Ilmu Perpustakaan

Pustakawan Care
5 min readJun 5, 2024

--

Menyebar lamaran kerja setelah lulus dari perguruan tinggi adalah sesuatu yang wajar dilakukan. Semua sarjana termasuk di dalamnya lulusan dari jurusan ilmu perpustakaan dan informasi pasti melakukannya. Tiap tahunnya, perburuan loker (lowongan kerja) menjadi event musiman yang tidak ada habisnya.

Bagi sarjana ilmu perpustakaan, penulis yakin sedikit banyaknya pasti ingin memperoleh pekerjaan di bidang yang selaras dengan keilmuannya. Namun, untuk dapat bekerja di perpustakaan saja, banyak lika-liku yang mesti dilewati. Dua diantara banyak faktor penyebabnya tak lain adalah karena persaingan yang sangat ketat dan info lowongan pekerjaan sebagai pustakawan yang sukar untuk diperoleh.

Persaingan antar pelamar adalah hal yang biasa, akan tetapi bagi fresh graduate, hal ini justru lebih berat. Bagi lulusan ilmu perpustakaan, mereka mesti bersaing dengan sesama sarjana baru, orang yang sudah berpengalaman kerja, dan sarjana dari jurusan lain yang kadang mengisi jabatan pustakawan.

Melamar Kerja Tanpa Lowongan Kerja, Solusi yang Patut Dicoba

Melihat fenomena tersebut sering terjadi, maka tidak mengherankan apabila fresh graduate ilmu perpustakaan kesulitan memulai karir sebagai pustakawan. Namun, bukan berarti tidak ada solusi untuk mengatasi persaingan dalam melamar kerja. Terdapat satu cara yang cukup jarang orang-orang lakukan yakni, “melamar ke tempat (sekolah/perguruan tinggi) yang sama sekali tidak membuka lowongan kerja”.

Penulis telah membuktikan bahwa cara satu ini dapat menjadi alternatif dalam memulai karir sebagai pustakawan. Di samping men-submit lamaran ke berbagai loker, penulis juga memasukkan lamaran ke sekolah dan perguruan tinggi yang pada waktu tidak membuka lowongan apapun.

Cara satu ini memang tergolong nekat, akan tetapi jika dilakukan dengan baik dan profesional, kemungkinan diterima akan selalu ada. Selain itu, kelebihan lain dari metode ini adalah minim persaingan. Sudah dua kali penulis menerima panggilan interview dari cara ini, dan salah satunya berhasil deal. Dari sana, penulis bisa mendapatkan pekerjaan pertama sebagai pustakawan sekolah pada tahun 2023 lalu.

Pertanyaannya, jika ingin melamar kerja ke sekolah atau perguruan tinggi tanpa loker, apa saja yang mesti disiapkan? Apa sama seperti melamar pas ada lowongan kerja?

Ada Loker atau Tidak Caranya Hampir Sama, Tapi Tetap Beda

tangan menulis pada buku di atas meja yang penuh dengan laptop, notebook, dan buku-buku bacaan lainnya

Ketika melamar kerja, tentu saja setiap pelamar wajib melampirkan dokumen administrasi. Baik ada loker atau tidak, berkas yang dikirimkan tidak berbeda jauh. Umumnya, dokumen dibutuhkan itu diantaranya:

  1. Cover Letter (Surat Lamaran)
  2. CV (Curriculum Vitae)
  3. Fotocopy Ijazah yang dilegalisir
  4. Transkrip nilai
  5. Sertifikat (Wajib sertifikat yang mendukung posisi yang tengah di lamar)

Ketika melamar ke tempat yang tidak membuka loker, ada dua dokumen tambahan lain yaitu, LOI dan Portofolio.

  1. LOI atau letter of interest sejatinya merupakan sebuah surat untuk menanyakan kesempatan kerja di suatu tempat tanpa adanya loker. Dalam surat tersebut pelamar mencantumkan ketertarikan untuk bekerja di tempat tersebut dengan alasannya. Tentu saja, menulis LOI tidak bisa sembarangan, diperlukan pendalaman, dan sering-sering membuka tips menulis LOI.

Note: letter of interest ini adalah bagian penting bagi rekruter untuk melihat diri pelamar. Meskipun pada akhirnya gagal, setidaknya bisa meninggalkan kesan yang baik dengan bahasa dan penyampaian yang sopan dan profesional (GEN Z harap bisa mengendalikan diri)

2. Portofolio adalah sebuah rangkuman dari karir seseorang. Pengalaman kerja, hasil karya, magang, pelatihan, sertifikasi, dan prestasi dapat masuk ke dalam portofolio. Namun, perlu diingat, selalu sesuaikan isi porto dengan posisi yang dilamar. Oleh karena itu, ketika melamar posisi pustakawan, isi portofolio wajib berkaitan erat dan mendukung posisi tersebut.

Bagi fresh graduate, bisa memasukkan pengalaman magang, proyek kepustakawanan apa saja yang sudah pernah dilaksanakan, pelatihan/kursus yang diikuti, dan prestasi yang pernah diraih. Tentu saja disertai bukti berupa foto, video, atau media lain yang bisa menjadi bukti.

Nah, dari dua dokumen ini saja (LOI & Portofolio), sudah terlihat bahwa melamar kerja tanpa loker ini tidak diperuntukkan untuk semua orang. Hanya fresh graduate yang benar-benar siap dari sisi pengalaman semasa kuliah (magang dll) yang dianjurkan.

Note:

Ketika mengirimkan semua dokumen secara offline (diantar langsung atau lewat pos), jadikan dalam satu bundle dengan amplop coklat besar. Jika mengirimkan lewat email, jadikan satu file pdf dengan ukuran kurang dari 1 MB.

Jika lamaranmu di-notice, dalam kurun beberapa hari lamaranmu akan mendapat balasan: ditolak atau diundang untuk interview. Jika mendapat undangan untuk wawancara kerja, itu berarti kita sudah mengantongi 50% kemungkinan diterima. Sisanya, tergantung bagaimana cara kita meyakinkan recruiter saat bertemu nantinya.

Sedikit Tips yang Pasti Berguna

1. Membangun portofolio mulai saat ini

Tidak ada manusia di dunia ini yang bisa memiliki porto bagus dalam satu malam. Semuanya membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Jika kamu merasa kurang dalam hal ini, maka mulailah membangun porto dari sekarang. Terlebih jika masih berstatus sebagai seorang mahasiswa, ada banyak waktu dan kesempatan yang cukup untuk melakukannya.

2. Belajar dari ahlinya itu bisa dari mana saja dan itu gratis

Selalu ada ilmu untuk segala macam aktivitas manusia termasuk dalam melamar pekerjaan. Di berbagai platform sudah tersedia ribuan video dari para praktisi dunia kerja. Jika kamu ingin lulus tahap interview, kunjungi channel youtube HRD yang membahasnya. Jika kamu ingin tahu bagaimana bersikap di lingkungan kerja baru, bukalah akun medsos dari orang yang mengajarkan hal itu.

Belajar di zaman sekarang sangatlah mudah. Sisanya, apakah kamu akan menganggap semua itu tidak berguna? Bagi segelintir gen Z, belajar etika melamar kerja sama seperti buang-buang waktu, maka tidak heran, beberapa gen Z menganggur karena kebodohan mereka sendiri.

3. Buang gengsi, dan mulailah menjual diri

Saat seseorang melamar kerja, itu sama saja dia sedang “menawarkan” dirinya pada rekruter. Dia menjadi sales yang berusaha meyakinkan costumer untuk membeli produk–yang dalam hal ini adalah “si pelamar”. Selayaknya sales, tentu saja dia akan menjelaskan kelebihan dan keuntungan apa saja yang akan didapat konsumen.

Di momen ini, jika si sales merasa gengsi, dijamin dia tidak akan bisa menjual satupun produk yang dia miliki. Maka dari itu, buanglah sedikit rasa malu, minder, dan tidak percaya diri untuk melamar semua pekerjaan. Tawarkan dirimu dan keahlian pada recruiter serta buat mereka yakin kalau kita adalah orang yang mereka cari.

4. Selalu turunkan ekspektasimu

Tidak semua yang terjadi di dunia ini sesuai dengan apa yang kita inginkan. Seringkali kenyataan tidak sejalan dengan harapan. Maka dari itu, penulis harap semua pembaca untuk selalu siap dikecewakan oleh keadaan. Bisa jadi, dari sepuluh lamaran yang dibuat, tidak ada satupun yang lolos. Bisa pula, sudah mengikuti puluhan tahap wawancara, akan tetapi tidak pernah kunjung mendapatkan pekerjaan.

Kuatkan diri dan tetap bersabar. Teruslah mencoba dan teruslah memperbaiki diri karena tidak ada jalan lain untuk menjadi lebih baik selain belajar dari kesalahan.

--

--

Pustakawan Care
Pustakawan Care

Written by Pustakawan Care

Campaign Pustakawan & Perpustakaan termasif di Indonesia

No responses yet